Alkisah, seorang pemuda yang cerdas dan kritis dari sebuah negeri di Timur Tengah (Negeri Syam) tiba di Indonesia. Dalam benaknya, ia membawa tiga pertanyaan besar yang tak mampu dipecahkan oleh profesor dan cendekiawan di negaranya. Rasa penasaran yang kian memuncak mendorongnya untuk mencari jawaban di negeri baru ini.
Pemuda itu kemudian berbicara kepada pamannya, tempat ia menumpang tinggal. Ketika sang paman mengaku tidak mampu menjawab, pemuda itu bertanya, "Paman, adakah sekiranya yang mampu menjawab pertanyaanku?"
Paman:
"Sepertinya ada. Ia adalah orang yang baik, disegani, dan bijaksana. Ia sering disebut Haji Faqih. Mungkin ia akan menjawab pertanyaanmu."
Pemuda:
"Di mana saya dapat bertemu dengannya? Bisakah Paman mengantarkan saya?"
Paman:
"Tentu saja. Ia bertempat tinggal di ujung jalan perbatasan desa."
Pemuda dan pamannya pun segera berangkat. Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan Haji Faqih yang menyambut mereka dengan hangat dan mempersilakan duduk.
Haji Faqih:
"Ada apa sekiranya kalian datang menemui saya?"
Pemuda:
"Bisakah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit dari saya, yang bahkan para profesor pun tidak mampu menjawab?"
Haji Faqih:
"Dengan izin-Nya, saya akan mencoba sejauh kemampuan saya."
Tiga Pertanyaan yang Menguji Iman dan Logika
Pemuda itu pun menyampaikan tiga pertanyaan yang selama ini mengganjal pikirannya:
- Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya.
- Apakah yang dinamakan takdir?
- Kalau setan diciptakan dari api, kenapa dimasukkan ke neraka yang juga terbuat dari api? Tentu tidak menyakitkan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berpikir sejauh itu?
Sesaat setelah pemuda itu menyelesaikan pertanyaannya, tanpa diduga, Haji Faqih langsung menampar pipi si pemuda dengan keras!
Tamparan sebagai Jawaban
Pemuda itu terkejut dan merasakan sakit yang luar biasa.
Pemuda:
"Kenapa Anda marah kepada saya? Saya sungguh-sungguh tidak mengerti!"
Haji Faqih:
"Saya tidak marah. Tamparan ini adalah jawaban atas tiga pertanyaan Anda."
Jawaban untuk Pertanyaan Pertama: Wujud Tuhan
Haji Faqih kemudian bertanya, "Bagaimana rasanya tamparan saya?"
Pemuda itu menjawab, "Tentu saja saya merasa sakit."
"Jadi, Anda percaya bahwa sakit itu ada? Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!" tantang Haji Faqih.
Pemuda itu menggeleng.
"Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujud-Nya," jelas Haji Faqih.
Jawaban untuk Pertanyaan Kedua: Takdir
Haji Faqih melanjutkan, "Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya? Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?"
"Tidak," jawab pemuda itu.
"Itulah yang dinamakan Takdir. Sesuatu yang terjadi di luar rencana dan pengetahuan kita," simpul Haji Faqih.
Jawaban untuk Pertanyaan Ketiga: Setan dan Api Neraka
Terakhir, Haji Faqih bertanya, "Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar Anda?"
"Kulit," jawab pemuda.
"Terbuat dari apa pipi Anda?"
"Kulit," jawab pemuda lagi.
"Namun, bagaimana rasanya tamparan saya?"
"Sakit," kata pemuda itu.
"Sama halnya dengan tangan dan pipi yang terbuat dari unsur yang sama (kulit) namun dapat menimbulkan rasa sakit, maka walaupun setan dan neraka sama terbuat dari api, neraka tetap menjadi tempat yang menyakitkan bagi setan," tutup Haji Faqih.
Intisari Hikmah
Intinya, tidak semua hal dapat kita pahami hanya dengan mata dan pikiran logis semata. Ada hal-hal yang hanya bisa diyakini dan dirasakan keberadaannya, melampaui batas nalar manusia.

Posting Komentar