
Dalam masyarakat modern, istilah "workaholic" sering kali disalahartikan. Banyak yang menganggapnya sebagai tanda dedikasi, ambisi, dan komitmen tinggi terhadap pekerjaan. Namun, menurut para ahli dan literatur ilmiah, pandangan ini tidak sepenuhnya tepat. Workaholism bukanlah sekadar bekerja keras, melainkan sebuah kondisi yang memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan individu.
Daftar Isi
Definisi Workaholic Menurut Para Ahli
Para ahli mendefinisikan workaholism sebagai kebutuhan yang tidak terkontrol dan kompulsif untuk bekerja secara berlebihan. Berbeda dengan pekerja yang berdedikasi dan menikmati pekerjaannya, seorang workaholic terdorong oleh paksaan internal yang sulit dilawan, bahkan ketika mereka tidak lagi merasakan kesenangan. Jurnal yang diterbitkan oleh PMC (PubMed Central) menjelaskan bahwa workaholism memiliki dua komponen utama: bekerja secara berlebihan dan obsesi terhadap pekerjaan.
Beberapa penelitian, seperti yang membahas Skala Kecanduan Kerja Belanda (Dutch Work Addiction Scale atau DUWAS), membedakan secara jelas antara dua tipe pekerja:
- Workaholics: Mereka didorong (pushed) untuk bekerja karena paksaan internal atau tekanan, sering kali mengorbankan aspek kehidupan lain seperti keluarga dan hobi.
- Pekerja yang Berdedikasi (Work-Engaged): Mereka tertarik (pulled) pada pekerjaan karena gairah, kesenangan, dan kepuasan pribadi yang mereka rasakan. Mereka mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi.
Apakah Workaholism Itu Buruk?
Menurut sebagian besar pendapat para ahli dan tinjauan ilmiah, workaholism dianggap sebagai kondisi yang negatif. Berikut adalah alasannya:
Dampak Buruk pada Kesehatan dan Kesejahteraan
Jurnal-jurnal menunjukkan bahwa workaholism berkorelasi kuat dengan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Para ahli menemukan bahwa workaholics rentan terhadap stres kronis, kecemasan, kelelahan (burnout), dan menurunnya kebahagiaan secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena mereka gagal mengelola waktu istirahat dan pemulihan yang penting bagi tubuh dan pikiran.
Konflik antara Kehidupan Kerja dan Pribadi
Salah satu ciri utama workaholism adalah kecenderungan untuk mengabaikan kehidupan pribadi. Hal ini sering menimbulkan konflik dalam hubungan keluarga, pertemanan, dan kegiatan sosial. Para workaholic sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaan, bahkan saat berada di rumah, yang dapat merusak hubungan interpersonal dan mengurangi kualitas hidup.
Dianggap sebagai Kecanduan Perilaku
Beberapa tinjauan sistematis, seperti yang diterbitkan di MDPI, secara eksplisit mengkategorikan workaholism sebagai salah satu bentuk kecanduan perilaku. Seperti halnya kecanduan lainnya, workaholism melibatkan pola perilaku kompulsif yang terus berulang meskipun menimbulkan konsekuensi negatif.
Faktor Penyebab dan Pencegahan
Penyebab workaholism bersifat multifaktorial. Para ahli menyebutkan faktor individu seperti sifat perfeksionisme dan kebutuhan pencapaian yang tinggi. Selain itu, faktor eksternal seperti budaya organisasi yang menghargai jam kerja panjang dan norma sosial yang mengagungkan produktivitas juga berperan besar.
Oleh karena itu, pencegahan workaholism memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Perusahaan, melalui bidang kedokteran okupasi, disarankan untuk menciptakan budaya kerja yang sehat dan mendorong keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi.
Secara keseluruhan, meskipun semangat dan dedikasi dalam bekerja adalah hal yang baik, workaholism melampaui batas tersebut dan membawa dampak negatif. Mengakui perbedaannya adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik.
Sumber :
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4117275/
https://journal.formosapublisher.org/index.php/ijsmr/article/download/10965/11658/46861
https://www.mdpi.com/1660-4601/18/13/7109
https://link.springer.com/article/10.1007/s11469-019-00089-y
Posting Komentar